RISIKO kematian setelah stroke terbukti lebih tinggi pada pria yang hidup sendiri daripada pasien lainnya. Hal ini, menurut penelitian thesis yang diadakan di Swedia, dengan mengikuti 1.090 korban stroke.
Peneliti Petra Redfos menemukan bahwa, kematian lebih besar terjadi di antara pria, terutama mereka yang hidup sendiri. Ia menguji pasien stroke iskemik yang berusia di bawah 70 tahun. Stroke iskemik disebabkan kurangnya aliran darah ke otak yang disebabkan penyempitan pembuluh darah.
Penemuan thesis doctoral ini mengungkapkan bahwa, 36 persen pasien yang hidup sendiri meninggal rata-rata 12 tahun setelah tersrang stroke. Sementara sejumlah 17 persen pasien yang hidup dengan pasangan atau keluarga hidup lebih lama.
Bila dikelompokkan pada pria saja, ini mencapai 44 persen lawan 14 persen. Kematian mereka yang tinggal sendiri dihubungkan dengan kurangnya aktivitas fisik, konsumsi tinggi alkohol, pendidikan rendah, dan faktor lain yang diketahui.
“Di antara penyebabnya adalah bahwa pria yang hidup sendiri rendah tingkat kesehatannya, lebih tidak teratur minum obat, dan harus menunggu lama sebelum pergi ke ruang gawat darurat,” kata Redfors, seperti dikutip dari Healthmeup, Rabu (28/1/2015).
Pasien yang mengalami stroke karena penyakit pembuluh darah besar, darah beku akibat jantung atau diabetes memiliki faktor tambahan. Penemuan ini juga menemukan bahwa, kebanyakan korban stroke memiliki masalah dengan fungsi daya ingat, fokus, dan kognitif dalam penelitian yang diikuti selama tujuh tahun.
0 comments:
Post a Comment